Selasa, 04 Maret 2014

kumpulan majas metafora



1)      Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains, aku ingin menghirup rupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin liku-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka, aku mendamba kehidupan dengan kemugkinan -kemungkinan satu sama lain seperti benturan molekul uranium.
2)      Aku mengharu biru tak kala kesepian merayap mencekam dermaga jiwa.
3)      Aroma kelicikan begitu terasa dirona wajah sengkuni.
4)      Angin berbisik, berembus sepoi – sepoi basa.
5)      Anaknya baru saja meloncati nasib merebut pendidikan.
6)      Api menikmati makanan lezatnya.
7)      Api tak peduli , ia terus mengunyah apa yang masih bisa dikunyah.
8)      Awan tipis berarak diangkasa ,melaju menuju tepi langit.
9)      Awan tipis berkejaran , pucuk cemara meliuk – liuk diterpa angin yang berhembus.
10)   Badannya yang kurus kering serta mukanya yang pucat pasi, menandakan hidupnya penuh derita.
11)   Batu itu sungguh elok seumpama kalung berlian yang menghiasi leher ratu jin sara’.
12)   Batinku nelangsa berdarah – darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampakan asmara.
13)   Berselimut kemalasan sampai siang menjelang.
14)   Bibir laki – laki itu gemeter menahan gelombang – gelombang air yang menggedor – gedor kelopak matanya agar lekas keluar dan membanjiri bingkai – bingkai wajah yang tertahan oleh tangis.
15)   Buah dari tumbuhan yang telah ditanam para leluhur mereka.
16)   Bintang-bintang yang berserak menghias langit malam bertaburan diatas mereka , desir angin dengan rinai alami kadang menerpa  wajah susi , langit jakarta malam itu begitu bersahabat bintang-bintang yang memayungi dan terus menyapa susi .
17)   Bunyi meriam itu seolah – olah hendak membelah bumi.
18)   Butiran Bening  yang sekuat tenaga ditahannya menitik saat mereka beradu pandang.
19)   Bunyi guruh bersahut – sahutan , seperti hendak melumat  jagat.
20)   Bulan bersembunyi dibalik awan, bintang pun tersenyum melihat dewi malam itu.
21)   Berlabuh untuk kemanusiaan.
22)   Berharap pada sang khalik yang sewaktu-waktu dapat menghentikan peperangan dan meredam amukan bom , rudal yang membabi buta.
23)   Beribu – ribu orang menyemut memenuhi tanah lapang.
24)   Berbisik laksana awan , marah laksana topan, memekakan laksana gunung berapi, diam tenang laksana danau ditengah rimba raya.
25)   Burung – burung berterbangangan dilangit , kian kemari memamerkan kebiasanya.
26)   Burung pipit berloncatan dari dahan ke dahan , mencari mangsa.
27)   Bola matahari kemerahan dilangit barat. Gumpalan awan membiaskan sinar kebumi.
28)   Cahaya matahari seolah menyepuh atap –atap rumah . gedung, menara-menara dan kendaraan yang berlalu lalang dijalan.
29)   Dan tak kala ekor mataku menangkapsepatu aku menelan ludah.
30)   Daun nyiur menari – nari tertiup angin.
31)   Dari arah timur diantara gedung-gedung bertingkat muncul cahaya kemerahan yang perlahan menjadi kekuning-kuningan matahari seolah tersenyum pada bumi
32)   Dia ikan lele yang menggeliat dalam timbunan lumpur beku kemarau sekolah kami yang telah bosan dihina.
33)   Dititik tinggi siklus komedi putar dimasa keemasan itu , penumpangnya mabuk ketinggian dan tertidur nyenyak melanjutkan mimpi gelap yang ditiupkan kolonialis.
34)   Duri – duri pasir mengubur semua kehidupan
35)   Dilangit awan bergumpal – gumpal matahari lenyap tersaput kegelapan 
36)   Hari pekat, angin berdesau lembut.
37)   Hamparan pasir nan luas, seolah menutup mataku.
38)   Hamparan rumput dihalaman menyentuh lembut bibir jalan dijalan raya dengan tinggi yang sama.
39)   Hanya saja ada keperihan diam-diam mengiris hati karena kepura-puraan.
40)   Hujan tercurah bagai tumpah dari langit.
41)   Impian yang hancur luluh lantak, tak tersisa. Langit menangis , bumi menjerit  bergejolak bagai penari yang kehilangan kendalinya untuk menari – nari , dan berputar – putar.
42)   Kabut yang melayang rendah tampak seperti tirai yang bergayut dicabang pepohonan.
43)   Kami seperti sekawanan tikus yang paceklik dilumbung padi.
44)   Kami menari seperti orang yang dirasuki iblis yang paling jahat seperti lucifer sang raja hantu.
45)   Ketika pusaran angin menusuk permukaan laut.
46)   Ketika beliau angkat bicara tak dinaya , meluncurlah mutiara – mutiara nan puitis sebagai prolog penerimaan selamat datang penuh atmosfer suka cita disekolah sederhana.
47)   Kini, daging – dagingku telah lama termakan kelelahan dan penderitaan hidup.
48)   Langit hitam pekat ,sesekali guntur mengguruh di udara merontokan butir - butir air kebumi.
49)   Maka layar pun digulung dan drama dimulai.
50)   Malam merangkak begitu perlahan.
51)   Malam terang bulan perak sebesar semangka seperti bertengger dilangit dikelilingi bintang-bintang.
52)   Malam yang cerah , bintang bertaburan dilangit purnama keemasan seperti talam emas mengambang diangkasa.
53)   Malam terang , bulan perak sebesar semangka seperti bertengger dilangit dikelilingi bintang-bintang
54)   Matahari bergeser dari titik tengah.
55)   Mengalirlah kata – kata indah yang memukau,kata – kata yang beliu pilih seolah – olah butir – butir hujan yang menyejukan kemarau berbulan – bulan dihati kami.
56)   Menimbulkan godaan bagi anak – anak listrik dilangit untuk iseng – iseng berkunjung mencium tanah belitung.
57)   Membebaskan negeri ini dari cengkraman kuku penjajah.
58)   Membuat hatiku ngilu.
59)   Menepis embun yang  kering , mengupas kulit yang sudah rusak , memakan daging yang telah menjadi bangkai, mencium aroma bunga berduri, meminum air darah.
60)   Mereka bersila dibawah jilatan sinar lampu teplok yang meliuk-liuk ditiup angin.
61)   Mereka adalah kesatria tanpa pamrih , pangeran keikhlasan dan sumur jernih ilmu pengetahuan diladang yang ditinggalkan.
62)   Ombaknya berbuih putih bergelombang naik turun, berkejar-kejaran menampakan keriangan yang sangat menawan
63)   Orang kaya tidak mati mereka menyuap izrail. Ibrahim ashi
64)   Prahu pelan – pelan menembus benteng kabut yang tebal.
65)   Pasir putih tampak berkilau seumpama butiran-butiran emas yang lembut berkilauan diterpa sinar matahari  senja.
66)   Rembulan pucat lalu langit mendadak jatuh.
67)   Saat langit berwarna merah saga dan kerikil perkasa berlarian meluncur bersama teriakan takbir.
68)   “ sepatu” itu seolah cermin yang memantulkan ingatanku tentang mimpi yang masih menggelayut dibenakku hingga detik ini, ‘’ sepatu’’.
69)   Sebuah sinar menyiramkan sinar tepat diatas kepalanya.
70)   Sesungguhnya manusia tidak melihat matahari yang keemasan, dan fajar yang keperakan, mereka juga tidak pernah menghirup udara pagi yang segar matahari milik manusia hanya berwujud emas-emas yang tercetak dalam uang logam. Fajar mereka pun berwujud perak-perak yang menghiasi perabot rumah mereka, udara yang mereka hirup hanya ketamakan keserakahan dan kesombongan yang kemudian memenuhi rongga dada mereka.
71)   Sepedanya terlihat gagah membelah jalanan.
72)   Senja hari. Dibarat langit merah membara , bersaput awan tipis.
73)   Senja sudah turun , langit dipulas warna jingga.
74)   Senyumnya sepahit madu.
75)   Semangatnya berkobar – kobar , pantang surut sebelum cita – citanya tercapai.
76)   Suaranya merdu merayu menyentuh anak telinga.
77)   Suara sitar itu menyayat – nyayat berderai seperti hati yang sepi , meraung seperti jiwa yang tersesat karena khianat cinta, merintih seperti arwah yang tidak diterima dibumi.
78)   Sunyi bertambah sunyi ketika malam datang membawa selimut hitamnya untuk memeluk bumi.
79)   Tak lama kemudian seberkas sinar menyelinap diantara gumpalan awan hitam, meningintip dari gumpalan – gumpalan awan hitam.
80)   Tak lupa terangkai kalimat basa – basi yang berisi tanda terima kasih.
81)   Tak terbayangkan kini ia tengah melihat pancaran api itu seakan – akan menembus langit ketujuh.
82)   Tetapi langit tetep menyimpan awan tidak ada tanda – tanda bintang sebutir pun.
83)   Ternyata seonggok daging , tulang yang rapuh , rapuh karena ada kemunafikan yang menyelimuti onggokan daging dan tulang yang berbentuk tubuh manusia.

84)   Tiba – tiba kilat bersabung  lidah apinya menjilati seluruh permukaan langit.
85. fajar mengintip disela birunya bukit.
86. semburat merah merayapi angkasa raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar